Daftar Negara Tanpa Angkatan Bersenjata: Menjaga Keamanan dengan Pendekatan Unik
Tanggerang Informasi Daftar Negara Tanpa Militer yang Berfokus pada Kesejahteraan SosialCosta Rica menghapuskan angkatan bersenjatanya pada tahun 1948 setelah perang saudara, dan mengalihkan dana militer ke pendidikan dan kesehatan. Negara ini kini bergantung pada Amerika Serikat dan sekutu untuk bantuan pertahanan jika dibutuhkan. Pilihan ini menjadikan Costa Rica dikenal sebagai negara damai yang mengutamakan kemajuan sosial dan lingkungan.
🇮🇸 Daftar Negara : Anggota NATO Tanpa Angkatan Bersenjata
Islandia tidak memiliki angkatan bersenjata tetap sejak 1869, namun tetap menjadi anggota aktif NATO. Negara ini memiliki Unit Tanggap Krisis sebagai pasukan penjaga perdamaian ekspedisi militer dan memiliki kesepakatan pertahanan dengan Amerika Serikat. Meskipun tidak memiliki pangkalan militer permanen, AS berjanji untuk terus memastikan pertahanan Islandia tanpa menempatkan pasukan tetap di negara tersebut.
🇲🇺 Daftar Negara: Polisi sebagai Gantinya
Mauritius tidak memiliki angkatan bersenjata tetap sejak kemerdekaannya pada tahun 1968.
Baca Juga: Libur Panjang Tak Jamin Hunian Hotel Ramai
🇲🇨 Monaco: Pertahanan melalui Alians
Monaco tidak memiliki investasi militer umum sejak abad ke-17 karena kemajuan teknologi artileri yang membuatnya rentan. Namun, negara ini tetap mengidentifikasi diri memiliki kekuatan militer terbatas. Selain itu, negara ini juga memiliki pasukan polisi bersenjata untuk tujuan keamanan internal.
🇵🇦 Panama: Menghapus Angkatan Bersenjata setelah Invasi AS
Meskipun demikian, Panama memiliki Pasukan Publik yang terdiri dari Kepolisian Nasional, Layanan Perbatasan Nasional, Layanan Aeronaval Nasional, dan Layanan Perlindungan Institusional, yang memiliki beberapa kemampuan militer terbatas. Negara ini juga memiliki kesepakatan pertahanan dengan Amerika Serikat.
Analisis dan Implikasi
Keputusan negara-negara ini untuk tidak memiliki angkatan bersenjata tetap mencerminkan pendekatan unik dalam menjaga kedaulatan dan keamanan nasional mereka. Alih-alih mengalokasikan anggaran besar untuk militer, mereka memilih untuk berinvestasi dalam sektor-sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, dan perlindungan lingkungan. Meskipun demikian, mereka tetap menjaga kesepakatan pertahanan dengan negara-negara besar atau memiliki kekuatan paramiliter terbatas untuk menghadapi potensi ancaman.
